Scene 2
*Bi Dam : Kim Nam Gil *Deokman : Lee Yo Won
*Mi Shil : Go Hyun Jung *Se Jong : Go Young Jae
*Seol Won : Jun Noh Min *Sohwa : Park Young Hee
*Chil Sook : Park Kil Kang *Ha Jong : Go Jun Hyung
*Bo Jong : Go Do Bin *Cheon Myeong : Park Ye Jin
-------------------------------------------------------------------------------
- Kim Nam Gil - 1 September 2010 - Seoul -
“Ini terakhir kalinya aku membantumu!” bentak Go Young Jae, ayah tiriku, saat sarapan pagi. Aku tidak perduli. Dia memang sering marah-marah.
“Benar, Ayah, jangan bantu dia lagi,” dukung Go Jun Hyung, kakak tiriku. “Dia ini kerja-nya buat masalah saja.”
Aku mendelik sambil menyeringai padanya. Aku tahu dia takut padaku. Apalagi bila aku menyipitkan mata sambil menyeringai. Dasar idiot. Apa dipikirnya aku ini titisan iblis? Tapi mungkin juga benar. Bagaimanapun Ayah dan Ibuku bukan contoh orang baik. Ibu kandungku yang sudah menikah dan memiliki dua anak, berselingkuh dengan rekan bisnis suaminya, yaitu Ayah kandungku, yang sebenarnya juga sudah menikah dan memiliki anak.
Mungkin pada awalnya kehadiranku memang diharapkan Ibu, untuk mendapatkan Ayah yang lebih kaya dari suaminya. Tapi setelah aku lahir, Ayah tetap tak bersedia menceraikan istrinya--wanita yang kupanggil Ibu hingga usiaku enam tahun--dan Nyonya Go Hyun Jung pun menganggapku tak lagi berguna baginya. Mungkin aku memang harus bersyukur dulu Ayah mau membawaku ke rumahnya untuk diasuh istrinya, dan bukannya menelantarkanku di panti asuhan.
“Sebenarnya dia terpaksa menghajar anak-anak SMU Haegu,” cetus Go Do Bin, kakak tiriku yang lain. “Mereka yang menyerang Nam Gil ke sekolah kami.”
Bila harus memilih, Do Bin memang sedikit lebih baik daripada Jun Hyung. Mungkin karena dia juga bukan anak kandung Go Young Jae. Dia memang memakai nama keluarga Go, tapi sebenarnya dia anak hasil perselingkuhan Ibu yang lain. Ayah kandungnya, Jun Noh Min, tadinya adalah tangan kanan suami Ibu di perusahaannya, tapi kudengar dari gosip para pelayan, setelah perselingkuhan itu Jun Noh Min dikirim ke cabang perusahaan di Pulau Cheju.
Aku tidak habis pikir dengan sikap dan cara pikir Go Young Jae. Bagaimana bisa dia membiarkan begitu saja tingkah istrinya yang suka menyeleweng? Entah dia begitu mencintai ibuku, atau tak perduli asalkan istrinya dapat menyembunyikan perselingkuhannya dari orang lain. Apapun alasannya, dia sangat tolol. Untuk apa mempertahankan seorang wanita yang tak benar-benar menginginkanmu?
“Aku tak perduli alasannya,” sergah ayah tiriku. “Sekali lagi kami dihubungi kepala sekolahmu, aku akan mengirimmu ke sekolah asrama! Cukup sudah kau mempermalukan keluarga ini.”
Aku mendengus. “Untuk apa perdulikan itu? Sepengetahuan orang lain kau dan Ibu kan hanya paman dan bibiku,” sahutku acuh tak acuh.
“Kau--”
“Sudah, tenanglah, suamiku,” kata Ibu dengan keanggunan dan ketenangannya yang menipu. Penampilannya mungkin seperti malaikat, tapi tidak begitu dengan hati dan pikirannya. “Nam Gil berkelahi karena tak ingin diremehkan dan ingin dihormati oleh lawannya.”
Aku menatapnya curiga. Tak mungkin dia membelaku.
“Tapi, dia tak ingat, bahwa agar dihormati dan tak diremehkan orang lain, maka dia harus mencoba menghormati orang lain juga,” lanjutnya sambil melirikku dan tersenyum dingin. “Cara agar disegani tidak selalu menggunakan ototmu, tapi menggunakan otakmu.”
Aku membalas senyumnya dengan sengit. “Aku berangkat sekarang,” kataku sambil berdiri dan melenggang pergi meninggalkan keluarga bahagiaku.
***
- Lee Yo Won - 1 September 2010 - Seoul -
“Ibu, selamat pagi,” kataku pada foto almarhum Ibu. “hari ini aku akan masuk ke sekolah baru. Doakan aku, ya.”
Ibu terlihat begitu cantik, anggun dan rapuh di foto itu. Sama seperti terakhir kali aku melihatnya. Aku mencoba menahan tangis saat terkenang pada Ibu. Tak lama setelah Ibu membawaku bersembunyi dari Ayah ke rumah Bibi Young Hee di Pusan, Ibu meninggal dunia karena serangan jantungnya. Menurut Bibi Young Hee, sejak kecil jantung Ibu memang lemah. Dan perselingkuhan Ayah dulu begitu mempengaruhi Ibu hingga kondisinya semakin melemah dari waktu ke waktu.
Aku membenci Ayah. Aku juga membenci Bibi Hyun Jung. Dulu aku terlalu kecil untuk mengetahui bahwa yang malam itu kulihat adalah perselingkuhan, tapi sekarang aku sudah tahu yang sebenarnya. Aku membenci mereka. Benar-benar menjijikan. Teganya Ayah berbuat seperti itu pada Ibu yang begitu baik dan setia. Dan yang lebih menjijikan, Ayah bukan berselingkuh dengan wanita tak dikenal, melainkan Bibi Hyun Jung, adik tirinya sendiri! Memang benar mereka tak punya hubungan darah, dan menjadi saudara hanya karena kakekku—ayah dari Ayah—menikah dengan ibu dari Bibi Hyun Jung, tapi tetap saja…
Ayah benar-benar tak perduli padaku dan Ibu. Bahkan setelah kami menghilang, dia tidak mencari kami. Paman Kil Kang pernah mengatakan itu karena Ayah tidak tahu tempat tinggalnya dan Bibi Young Hee yang baru di Pusan, tapi menurutku Paman hanya ingin menenangkanku saja. Kenyataanya Ayah memang tak perduli padaku. Aku bersyukur memiliki paman dan bibi yang begitu baik dan bersedia membesarkanku dengan kasih sayang yang sama seperti yang mereka berikan pada anak kandung mereka sendiri. Dan aku juga bersyukur Ibu sempat berpesan pada Bibi Young Hee agar tidak mengembalikanku pada Ayah setelah dia meninggal. Aku tidak sudi tinggal dengan Ayah.
“Ibu, aku bersumpah,” janjiku serius. “aku akan membalaskan dendam Ibu. Aku akan membalas perbuatan Ayah dan Go Hyun Jung.”
Seminggu yang lalu keluarga Paman dan Bibi pindah ke Seoul karena Paman Kil Kang dipindah ke kantor pusatnya di kota ini setelah dia mendapat kenaikkan jabatan. Awalnya aku sangat tidak menyukainya, karena itu berarti aku akan berada di kota yang sama dengan Ayah, dan lagi berarti aku harus meninggalkan sekolah dan lingkungan yang selama ini kukenal di Pusan. Tapi, setelah dipikirkan, ada bagusnya juga kepindahan ini. Karena berarti aku semakin dekat dengan rencana pembalasan dendamku. Entah bagaimana caranya, aku akan membuat Ayah dan Go Hyun Jung merasakan sakit hatiku dan Ibu.
Kutatap foto Ibu sambil tersenyum. “Aku bersumpah, Ibu. Aku bersumpah.”
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar