Scene 3
*Bi Dam : Kim Nam Gil *Deokman : Lee Yo Won
*Yoo Shin : Uhm Tae Wong *Alcheon : Lee Seung Hyo
----------------------------------------------------------------------------
- Kim Nam Gil - 2 September 2010 -
Pukul 08.15. Sial. Gerbang pasti sudah dikunci. Seharusnya tadi aku tidak usah sok pahlawan menolong anak itu.
Sebenarnya aku bangun pagi, tapi saat dalam perjalanan tadi aku melihat seorang bocah SMP diganggu oleh segerombolan anak SMU Haegu. Memang bukan kelompok yang waktu itu mencari gara-gara denganku—tidak mungkin, karena mereka sedang di rumah sakit sekarang—tapi tetap saja aku kesal melihat seragam hijau-putih mereka yang mengingatkan-ku pada motorku yang disita ayah tiriku sebagai hukuman karena berkelahi dengan anak-anak SMU Haegu hari itu.
Jadi, bukannya langsung pergi ke sekolah, aku malah melakukan sedikit pemanasan pagi hari—yang sialnya karena keasyikan, aku jadi lupa waktu.
Benar saja, saat semakin dekat, aku melihat gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Tae Wong dan Seung Hyo sudah berjaga di sana. Hah… apa hebatnya jabatan mereka? Hanya ketua dan wakil ketua OSIS, tapi lagaknya seperti pemilik Korea Selatan saja.
“Kumohon, ijinkan aku masuk!” pinta seorang gadis di depan gerbang pada kedua seniorku itu.
Aku tidak melihat wajahnya karena dia membelakangiku. Gadis itu bertubuh ramping, berambut hitam panjang dan lurus. Walaupun terlihat seperti sedang memohon, suaranya tetap terdengar tegas dan bukannya merengek. Entah kenapa suaranya membuat bulu kudukku berdiri. Rasanya suara itu begitu familiar.
“Kau terlambat lima belas menit sembilan detik,” kata Tae Wong datar.
Aku tak tahan untuk tidak mendengus dan tertawa. Bahkan detik pun dihitung.
“Tapi ini tidak disengaja! Tadi aku—“
“Kim Nam Gil!” Memotong perkataan gadis itu, Tae wong malah langsung meneriakiku.
“Aku tahu aku terlambat,” sergahku sambil berjalan semakin mendekati gerbang. “terlambat lima belas menit enam belas detik,” ejekku.
“Kau pikir ini lucu?” tanya Tae Wong setengah membentak.
Aku berdiri disebelah gadis itu sambil dengan sengaja memperlihatkan wajah konyol pada Tae Wong dan Seung Hyo yang jelas kesal melihat tingkahku. “Memangnya kau bisa mengenali hal lucu?” ejekku sambil tertawa.
Kudengar gadis di sebelahku mengeluarkan suara aneh yang sepertinya suara tawa tertahan, jadi aku meliriknya dengan ekspresi wajah kubuat seolah mengajaknya bersekongkol. Tapi saat gadis itu balik menatapku, sesuatu yang aneh terjadi. Jantungku berdebar cepat dan kencang, yang kemudian berubah menjadi sedikit tusukan rasa sakit. Setelah sekian lama tak pernah lagi menangis, entah kenapa sekarang aku harus berusaha sekuat tenaga menahan air mata yang mendesak keluar. Konyol sekali.
Tiba-tiba sebuah kilasan mengaburkan pandanganku dan seolah membawaku ke dimensi lain. Aku melihat seorang gadis berpakaian tradisional Korea sedang tersenyum padaku. Melihat senyum itu membuat hatiku terasa hangat. Aku membalas senyumnya, tapi kemudian gadis itu menghilang. Setelah tersadar, yang ada di hadapanku bukan lagi gadis dengan pakaian tradisionalnya, malainkan gadis berseragam abu-abu-hitam-putih SMU Chongjan—sekolahku. Gadis yang sama terlambatnya denganku itu.
Anehnya, pakaian mereka mungkin memang berbeda, tapi wajah gadis ini sama persis dengan gadis berpakaian tradisional yang ada dalam kilasan pengelihatanku tadi. Apa-apaan ini? Siapa gadis ini?
Entah kenapa gadis itu juga terlihat tercengang dan sedikit melamun saat memanda-ngiku. Yang lebih mencengangkan, tiba-tiba dari kedua mata bulat indah itu menetes air mata. Dan aku merasa terdorong untuk menghapus air mata itu. Entah kenapa melihatnya menangis membuat hatiku terasa sakit. Tapi sebelum tanganku menyentuh pipinya yang halus dengan rona kemerahan alami, aku segera menghentikannya, dan memasukkan tanganku ke saku celana. Reaksi tak normal ini harus dihentikan.
Gadis itu sepertinya sudah tersadar dari lamunannya, karena sekarang dia sedang menghapus air matanya. Tae Wong dan Seung Hyo yang sedari tadi mengamati kami dengan heran, bertanya bersamaan; “Ada apa dengan kalian?”
Ya, ada apa denganku hari ini? Aneh sekali. Aku juga tidak tahu apa yang sedang terjadi. Siapa gadis ini? Siapa gadis yang ada dalam kilasan pengelihatanku tadi?
***
- Lee Yo Won - 2 September 2010 -
Sedetik jantungku seolah berhenti berdetak, lalu berubah menjadi menghentak-hentak dengan begitu kerasnya. Di saat aku kesulitan bernapas, tiba-tiba sebuah kilasan kejadian membutakanku. Aku melihat seorang pemuda berpakaian kumal sedang tertawa lepas. Deretan giginya yang putih cemerlang begitu kontras dengan warna kulitnya yang kecokelatan. Melihatnya tertawa membuatku ingin ikut tertawa sekaligus terenyuh, entah kenapa. Dia begitu ceria, bebas dan kekanakan. Namun dalam sekejap sosok pemuda itu menghilang dan digantikan oleh pemuda yang tadi dipanggil dengan nama Kim Nam Gil.
Selain pakaian yang dikenakannya, Kim Nam Gil begitu serupa dengan sosok pemuda penuh tawa dalam kilasan pengelihatanku. Bahkan rambutnya yang diikat sembarangan pun mirip dengan yang ada dalam kilasan tadi.
Kim Nam Gil terlihat seperti melamun sambil menatapku. Melihat wajah dan matanya entah kenapa membuat hatiku melambung gembira, tapi juga sakit di saat bersamaan. Tanpa kusadari air mataku sudah menetes. Aku tak mengenalnya. Bahkan tak pernah melihatnya sebelum hari ini. Jadi kenapa aku merasakan campuran emosi aneh ini? Siapa Kim Nam Gil? Siapa pemuda penuh tawa yang ada dalam kilasan pengelihatanku tadi?
Kim Nam Gil mengulurkan tangan kanannya ke arah pipiku, tapi sedetik sebelum menyentuhnya, pemuda itu menarik tangannya lagi yang kemudian dimasukkannya ke dalam saku celananya.
Buru-buru aku menghapus air mataku. Konyol sekali. Untuk apa menangisi orang asing? Bahkan tak ada kejadian menyedihkan sama sekali. Memalukan.
“Ada apa dengan kalian?” tanya dua pemuda lain yang berdiri mengawasi dari balik gerbang sekolah.
Ya, ada apa? Aku sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Kim Nam Gil terbatuk kecil, lalu memasang senyum konyolnya lagi, yang ditujukannya pada kedua pemuda yang barusan bertanya. Aku tidak mengenalnya, tapi menurutku senyumnya itu palsu. Bahkan itu juga bukan senyum mengejek. Entah kenapa, kurasa itu hanya topengnya. Sorot kedua matanya terlihat muram dan sedih, tak sesuai dengan senyumnya.
“Pasti kalian tidak akan mengijinkanku masuk sebelum menandatangani buku absen keterlambatan,” kata Kim Nam Gil ceria. “tapi kalau aku menandatanganinya, maka itu berarti ini kedua kalinya aku masuk daftar hitam kalian bulan ini,” lanjutnya, pura-pura merenung.
“Ya,” desah pemuda berwajah tirus. “Dan bahkan bulan September baru dimulai.”
Kim Nam Gil menyeringai. “Benar sekali, Seung Hyo. Karena itulah, aku tidak mau menandatanganinya,” katanya santai. “Kalau aku menandatanganinya sekarang, berarti aku sudah melakukan dua kali pelanggaran. Bila sampai tiga kali, pasti Paman atau Bibiku akan dihubungi pihak sekolah. Dan itu merugikanku. Sedangkan aku tidak yakin besok aku bisa datang tepat waktu.”
“Begitu? Jadi apa yang akan kau lakukan?” sindir pemuda berwajah datar.
Seringaian di wajah Kim Nam Gil semakin lebar. “Sampai jumpa!” katanya sambil berjalan pergi dan melambaikan tangan dengan santai.
“Nam Gil! Kim Nam Gil!” kedua pemuda itu berteriak memanggilnya, tapi Kim Nam Gil tak menghiraukan mereka dan terus berjalan menjauh.
“Dasar,” geram si pemuda berwajah tirus. “Bagaimana denganmu?”
“Akan kutandatangani,” jawabku langsung. Tapi aku tak bergerak maju sedikitpun. Aku masih berdiri diam memandangi sosok jangkung Kim Nam Gil yang akhirnya menghilang di persimpangan jalan.
“Hei! Kau mau masuk, tidak?”
Aku tersadar dari lamunanku. “Ya. Ya, tentu.”
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
destira kok ga exist lagi sich...kangen loch ma fanficnya ditrue eyes , trueeyesnya appa lagi erorr...rr... lagi
BalasHapus